Apa itu bully? Bagaimana dampaknya terhadap seseorang yang menjadi korban bully? Apa saja macam-macam bully? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Karena bully sering terjadi di
kalangan pelajar maka berikut ini saya jelaskan tindakan bully yang terjadi di sekolah
Bullying
secara bahasa berasal dari kata bully,
yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” dari seseorang
kepada orang lain. Atau bisa juga tindakan atau perbuatan secara fisik, lisan,
dan mental kepada seseorang yang lebih lemah sehingga menyebabkan perasaan
takut, depresi dan putus asa. Kemudian secara istilah bully adalah salah satu bentuk dari agresi dengan kekuatan dominan
pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang yang memiliki tujuan untuk
mengganggu korban yang lebih lemah darinya entah secara fisik, mental ataupun
yang lain. Victorian Departement of
Education and Early Childhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang maupun
sekelompok orang mengganggu ataupun mengancam seseorang yang lain baik secara
fisik, verbal maupun mental, mengancam properti, reputasi maupun penerimaan
sosial seseorang yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang.
Gangguan yang terjadi kepada korban bully adalah stres yang muncul dalam
bentuk fisik maupun psikis atau keduanya seperti sakit fisik, susah makan
ataupun depresi. Selain perasaan tersebut korban bully sebenarnya merasa marah dan kesal dengan kejadian yang ia
alami, si korban merasa ingin menyelesaikan masalahnya tapi ia tak mampu. Karena
bully seringkali terjadi di sekolah
maka korban bully memiliki banyak
masalah di sekolah pula; seperti malas belajar, malas pergi ke sekolah,
jebloknya prestasi belajar dan yang lebih parah dapat menyebabkan drop out.
Sekarang kita melihat,
ke pelaku pembullyan. Pelaku biasanya
memiliki sifat pemberani dan percaya diri. Tetapi, dibalik kedua sifat
dominannya terdapat rasa rendah diri dan kecemasan. Pelaku melakukan bully sebagai bentuk dari sistem
pertahanan diri (defence mechanism) untuk
menutupi rasa rendah diri dan kecemasannya itu. “Keberhasilan” pelaku dalam
melakukan bully bisa menyebabkan
tindakan yang lebih dramatis dan agresif.
Selain pelaku dan
korban, yang harus kita perhatikan adalah saksi dari tindakan bully. Saksi ini mengalami tekanan yang menyebabkan
anjloknya prestasinya di sekolah, di karenakan was-was atau takut akan menjadi
korban selanjutnya.
Yang harus kita
perhatikan juga bully ternyata
memiliki pola. Seorang korban bully
dapat menjadi pelaku bully karena
dendam dan rasa kesal yang harus ia tumpahkan. Ketika seorang korban bully mendapati seorang yang lebih lemah
darinya ia akan membully orang
tersebut. Jadi sangat mungkin pelaku bully
dulunya juga korban bully.
Selain itu bully terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bully secara
fisik, seperti memukul, menendang, memalak, mencubit, menghancurkan barang, dsb
2. Bully secara
psikologis atau mental, seperti mengucilkan, memusuhi, mengancam, menyebarkan
gosip, dsb
3. Bully secara
verbal atau lisan, seperti mengata-ngatai, memanggil dengan julukan, meneriaki,
dsb
Kemudian bully juga
dapat terjadi dengan dua cara
1. Secara langsung, biasanya dengan
fisik, seperti memukul, menendang dsb. Juga dengan verbal seperti mengolok,
meneriaki dsb
2. Secara tidak langsung, biasanya
dengan mengancam psikologis si korban, seperti mengucilkan, menyebarkan gosip,
dsb
Tempat-tempat yang
sering menjadi tindakan pembullyan adalah
tempat yang sepi tanpa perhatian orang dewasa. Maka dari itu bully lebih sering terjadi di tempat
bermain daripada di kelas.
Banyak cara mengatasi
pembullyan yang terjadi di sekolah,
antara lain:
·
Di
buatnya peraturan anti-bully di
sekolah
·
Manajemen
kelas dengan menciptakan iklim kelas yang bersahabat
·
Menghilangkan
permusuhan antar siswa
·
Meningkatkan
pengawasan di tempat-tempat yang rawan terjadi tindakan pembullyan
·
Selalu
mengidentifikasi tindakan bully sejak
dini
·
Menyatukan
kedua pihak (pelaku dan korban)
·
Tindakan
yang tegas kepada perilaku bully
Dari diri kita sendiri juga seharusnya melakukan tindakan
pencegahan dan dapat memecahkan masalah pembullyan,
yaitu dengan cara berikut ini:
·
Tidak
melakukan bully
·
Harus
mau berteman dengan siapa saja meskipun dia memiliki kekurangan (seperti cacat
dsb)
·
Jangan
takut dan harus bersikap tegas kepada pelaku bully
·
Meningkatkan
kepercayaan diri
Kemudian untuk mendukung artikel saya. Saya mewawancarai
beberapa koresponden. Dari tiga koresponden kesemuanya masih belum mengerti apa
sesungguhnya arti bully itu. Mereka
menganggap bully hanya sebagai cara
untuk mencari kesenangan dengan merendahkan orang lain secara verbal atau
lisan. Karena belum mengerti arti sesungguhnya bully itu, salah seorang koresponden berujar bahwa bully bertujuan untuk mempererat ke
akraban. Setelah saya jelaskan arti sesungguhnya dari bully itu, ternyata ada dua orang koresponden saya pernah melakukan
perbuatan bully, koresponden yang
pertama berujar bahwa ia membully
seseorang yang pendiam dan tidak mau bersosialisasi agar seorang tersebut mau
bersosialisasi dan tidak pendiam lagi. Lalu koresponden yang kedua berujar
bahwa ia melakukan karena dendam kepada korban nya atas bully yang dulu korban lakukan terhadap dia, tindakan tersebut ia
lakukan setelah ia mengetahui kelemahan korbannya itu. Koresponden saya yang
terakhir mengaku pernah mendapatkan/menjadi korban bully secara tidak langsung, saat ia menimba ilmu di sekolah dasar
ia merasa dikucilkan setelah mendapat rangking pertama di kelasnya. Jadi dari
tiga koresponden saya hanya terdapat
satu orang yang tidak pernah melakukan bully.
Dan dalam artian bully yang
sesungguhnya (bukan dalam artian mereka) terdapat dua dari tiga koresponden
saya yang pernah menjadi korban bully keduanya
terjadi ketika mereka sekolah di Sekolah Dasar