Kali ini ada
sebuah cerita dari MAPAGAMA (MAhasiswa Pecinta Alam universitas Gajah MAda). Seperti
komunitas pecinta alam yang lain MAPAGAMA juga mempunyai banyak kegiatan
menjelajah, berpetualang dan sejenisnya, entah itu di sungai, di gua, di gunung
maupun di tebing. Mereka pernah mendaki puncak Sorbori yang memiliki ketinggian
500 dpl di pegunungan Himalaya sana.
Jadi ada dua
orang dari MAPAGAMA, mas Aries Dwi Siswanto a.k.a Aries dan mas Priyantono
Nugroho a.k.a Yayan. Dua orang ini bercerita tentang petualangannya memanjat
tebing di negeri orang, China.
Komunitas MAPAGAMA
ingin memperingati 40 tahun berdirinya perkumpulan ini, maka dari itu mereka
ingin melakukan sesuatu yang baru yaitu memanjat tebing di China. Bukan hanya
negara tempat mereka memanjat tebing yang dianggap baru tetapi mereka juga
ingin menjadi orang Indonesia pertama yang membuat jalur panjat di tebing yang
akan mereka panjat, mereka juga ingin menciptakan pemanjat tebing handal dalam
negeri. Selain itu mereka ingin mencoba berpetualang dengan prinsip low budget high impact. Mereka mencoba
menjelajah di luar negeri tapi juga dengan harga yang tejangkau.
Petualangan mereka
berawal dengan pelatihan di tebing sekitar Yogya, seperti di nglanggran. Selanjutnya
mereka melakukan try out di Tontonan, Bambapuang dan Tinoring daerah di
perbatasan Enrekang dan Tana Toraja, Sulawesi. Try out itu bertujuan untuk
mencari standar serta pengalaman yang berguna sebagai persiapan memanjat tebing
di China. Mengapa harus di Sulawesi? Karena tebing di sana memiliki kontur yang
sama dengan tebing yang akan mereka panjat di China.
Jadi setelah
melakukan try out selama sekitar 2 minggu di tiga tebing berbeda di Sulawesi
sana. Akhirnya berangkatlah mereka menuju China, di kota Huang Zhao tepatnya. Perjalanan
Jogja – Huang Zhao sebenarnya hanya 4 jam saja, tapi mereka harus transit di
Changi Airport Singapura selama 12 jam. Jadi selama 12 jam pula mereka menunggu
di bandara yang mirip mal tersebut.
Sampai di
kota Huang Zhao para pemanjat ini menemui satu kendala yaitu makanan, orang
China sangat suka masakan yang brbahan dasar babi, jadi sangat susah mencari
restoran yang tidak berbahan dasar babi. Untungnya di kota tersebut terdapat
suatu komunitas Muslim China yang di komunitas kecil itu juga terdapat
restoran. Maka untuk mengganjal perut, jadilah mereka mengonsumsi masakan
buatan resto tersebut.
Kemudian dari
kota Huang Zhao para petualan ini langsung menuju tempat tujuan yang berada di
daerah Bui Zhao, perjalanan menggunakan moda transportasi kereta yang
menghabiskan waktu selama 22 jam. Sampai di Bui Zhao masih saja terdapat
kendala, yaitu bahasa. Masyarakat di daerah situ berprinsip “Jika kamu berada di daerah ku, maka kamu
juga harus bicara dengan bahasaku” prinsip yang menyusahkan. Lalu kendala
yang lain adalah susahnya mencari seorang guide
yang bertugas sebagai translator juga.
Setelah beberapa lama mendapat seorang guide
maka langsunglah mereka berangkat menuju tempat yang akan mereka tuju, yaitu
tebing Pussa Yan yang berada di Bui Zhao International Park. Dari kota Bui Zhao
ke tebing tujuan yang seharusnya hanya menghabiskan waktu 5 jam, harus mereka
lalui selama 2 hari karena ternyata mereka melalui jalan yang “memutar”.
Sampai di tebing mereka langsung
mendirikan tenda. Jadi tenda didirikan sebagai tempat tidur bagi atlet panjat
tebing, sedangkan para official tidur di rumah warga setempat. Selama 4 hari
mereka baru bisa mencapai top (puncak
tebing), yang harus mereka lalui dengan 7 pitch
(tempat singgah di tebing). Setelah puas dan bahagia dengan petualangan mereka pulanglah mereka ke tempat kembali, Yogyakarta
Selanjutnya
terdapat beberapa tulisan lagi yang harus saya ceritakan juga disini.
Jadi sebelum
mereka melakukan perjalanan ke China, diadakan audisi untuk memilih atlet yang
cocok dan memiliki kemampuan mumpuni untuk ikut memanjat tebing di sana. Maka terpilih
lah dua atlet dengan satu pelatih, jadi MAPAGAMA membawa tiga atlet menuju
China.
Lalu dalam panjat
tebing ada dua gaya, Himalayan Style dan Alpit Style. Himalayan Stlye adalah
panjat tebing yang masih berhubungan dengan basecamp
jadi selama beberapa hari dalam memanjat tebing mereka sering bolak-balik dari
basecamp ke tebing dan sebaliknya untuk beristirahat. Kemudian Alpit style
adalah memanjat tebing yang 100% terlepas dari basecamp, jadi untuk makan,
tidur dan sebagainya dilakukan di tebing.
Lalu dalam memanjatnya juga terdapat
dua gaya, artificial dan sport. Artificial lebih ramah lingkungan karena tidak
merusak tebing tetapi tingkat
kesulitannya juga lebih besar dari sport karena harus selau bongkar – pasang pengaman.
Kemudian untuk sport memang lebih mudah
karena terdapat hanger atau penggantung tetapi gaya ini merusak
tebing karena memaksa kita untuk harus mengebor dinding tebing
Adapula hal yang menarik tentang
tebing yang mereka panjat. Jadi tebing ini bernama Pussa Yan yang artinya ibu
yang melindungi, kenapa dinamakan demikian? Karena di tebingnya terdapat
tonjolan kecil yang dianggap anak yang sedang di gendong dengan tebingnya
sebagai ibu yang senantiasa melindungi. Tinggi tebing ini sekitar 180 meter
yang memiliki over height sekitar 40 meter di ketinggian 120 meter.
Selain itu dalam memanjat tebing di
butuhkan Leader, Belayer dan orang terakhir. Jadi pada ketinggian 0 meter dari
tebing Leader memanjat sambil memasang pengaman yang di pasang dengan jarak
masing-masing minimal 1,5 meter. Dibawahnya ada seorang belayer yang bertugas
untuk mencopot pengaman yang dipasang Leader. Sampai di pitch belayer menurunkan
tali yang berfungsi untuk menaikkan satu orang yang di bawah. Jadi sampai di pitch
terdapat tiga orang. Kemudian belayer berubah tugas menjadi leader, orang yang
terakhir naik ke atas berubah tugas menjadi belayer, leader menunggu di pitch
untuk naik menggunakan tali yang di pasang oleh belayer dari pitch selanjutnya,
begitu seterusnya sampai mereka sampai di top
Lalu ada juga beberapa istilah yang
saya dapatkan:
·
Over
height : tebing yang memiliki sudut
lebih dari 180 derajat (menjorok keluar)
·
Crack
:
rekahan pada dinding tebing
·
Top
: puncak tebing
·
Leader : orang pertama (di atas) yang
memanjat tebing yang bertugas memasang pengaman di dinding tebing
·
Belayer : menjaga leader yang juga bertugas
untuk mencopot pengaman yang dipasang
leader