Friday, 3 January 2014

Menjelajah Dunia





Sebelumnya, ini adalah tugas dari kaca kedaulatan rakyat, untuk menulis apa yang telah di ceritakan oleh teman sekelompok saya.
Nama panggilannya Virgi. Sayangnya saya lupa nama lengkapnya. Ia bersekolah di MAN 1 Yogyakarta. Ada sebuah cerita menarik kenapa ia memilih bersekolah disana. Ternyata, ia sudah bosan bersekolah di sekolah swasta. Ia menempuh pendidikan menengah pertama di SMP IT, ia juga menempuh pendidikan dasar di SD IT, sama pula dengan taman kanak-kanaknya, TK IT. Jadi bisa di bilang ia anak IT (baca: ai ti). Oleh karena itu. Ia ingin menempuh pendidikan menengah atasnya di SMA negeri. Sebenarnya ia ingin bersekolah di SMAN 7, tapi karena nilainya yang masih kurang sampailah ia di MAN 1. MAN 1 memang bukan tujuannya tapi disana ia mendapat pelajaran yang ia impikan, Bahasa Perancis. Pelajaran yang tidak akan ia dapatkan di SMA 7, karena SMAN 7 hanya mengajarkan bahasa Indonesia, Bahasa Jerman, dan Bahasa Jepang.           
Jadi ini cerita dari Virgi, tentang impiannya untuk keliling dunia. Mengapa saya memilih cerita dari Virgi? Karena kisahnya menginspirasi saya untuk menjelajah keluar dari habitat (baca: daerah) saya menuju daerah orang lain yang berbeda suku, berbeda ras, berbeda keyakinan dan segalanya yang berbeda dari kita. Selain itu kisah ini juga memotivasi kita walaupun kita bersekolah di bukan SMA favorit/unggulan tapi kita tetap berhak memiliki impian yang tinggi
Jadi teman kita Virgi memiliki cita-cita ingin bersekolah di University of California Los Angeles (UCLA). Ia juga memiliki keinginan jangka panjang yaitu keliling dunia. Negara yang pertama ingin ia jelajahi adalah Amerika dan sebagai seorang muslim tentunya ia juga ingin singgah ke Saudi Arabia. Sejak SMP Virgi sudah giat mencari artikel tentang pertukaran pelajar ke Amerika. Akhirnya pada saat kelas 10 ia mendapat tawaran pertukaran pelajar ke Amerika, tapi orangtuanya tidak sejalan dengan niatnya. Orangtuanya tidak setuju karena karena waktunya yang terlalu lama, satu tahun. Selain itu Virgi juga harus menambah masa belajarnya satu tahun lagi di SMA. Kemudian ia mendapat lagi tawaran untuk pertukaran pelajar ke Amerika. Tawaran itu sangat cocok dengan niat Virgi, tidak terlalu lama hanya satu bulan. Tapi sayangnya pada saat ia mendapat tawaran itu berbarengan dengan ditutupnya pendaftaran pertukaran pelajar itu. Untuk kedua kalinya Virgi gagal ke Amerika. Oleh karena itu ia terus giat belajar untuk mengejar mimpinya pergi ke Amerika, bersekolah di UCLA dan keliling dunia.
Keinginan Virgi tidak telalu jauh dengan impian saya. Jika Virgi ingin “menjelajah” dunia, saya hanya ingin menjelajahi tiga negara saja, Inggris, Perancis dan tentunya Saudi Arabia. Di Inggris saya ingin sekali ke kota Liverpool, dimana klub sepakbola favorit saya bermarkas. Saya sangat ingin sekali melihat Liga Champion live langsung dari Anfield, Stadion Liverpool FC. Kemudia di Perancis saya sangat ingin melihat langsung bagaimana sengaunya orang Perancis bercakap-cakap. Saya sangat kagum bagaimana logat dan sengaunya conversation masyarakat Perancis. Sedangkan di Arab tentunya sebagai Muslim sudah menjadi tujuan utama untuk melaksanakan Ibadah Haji di sana
Selain kisah diatas, ternyata guru Bahasa Perancis nya pernah pergi ke Perancis, tepatnya di Perancis Tengah. Menurut penuturan gurunya, ternyata di sana terdapat penjual tempe. Tapi penjual tempe di Prancis hanya terdapat di Ibukotanya, Paris. Itupun harganya sangat jauh di banding harga tempe di Indonesia, sekitar dua juta sedangkan di Indonesia dua ribu saja sudah dapat. Padahal pada saat itu gurunya sangat merindukan masakan berbahan dasar tempe. Kemudian gurunya juga menuturkan bagaimana mahalnya makanan disana. Bayangkan saja roti croissant (baca: krossong) yang tidak mengenyangkan dihargai 2 euro (jika di rupiahkan sekitar 30 ribu). Begitulah mahalnya makanan Perancis  
Ada pula cerita tentang sejarah roti croissant yang pernah saya baca di novel karangan Hanum Rais. Di sana di ceritakan bahwa roti croissan bertuuan untuk mengolok-olok Turki. Roti croissan dan lambang Turki memiliki persamaan dalam bentuknya, bulan sabit. Jadi orang Perancis memakan roti croissant dengan lahap di ibaratkan seperti “memakan” Turki dengan lahap.  
Mungkin hanya seperti ini yang dapat saya ceritakan

No comments:

Post a Comment