Sunday, 5 January 2014

Manusia yang Pantang Putus Asa

            Namanya Ngatemi, nama lengkapnya Ngatemi, panggilannya Bu Ngatemi. Ia lahir di Jogja 46 tahun lalu pada akhir tahun, 31 Desember. Bu Ngatemi adalah lulusan Sekolah Dasar Kyai Mojo Pingit dan memilih untuk tidak melanjutkan studinya karena berbagai alasan, seperti ekonomi keluarga yang tidak mencukupi dan alasan lain. Ia bertempat tinggal di jalan Mangkubumi dekat stasiun Tugu.
            Bu Ngatemi memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan, tetapi anak perempuannya meninggal di usia yang masih sangat belia. Anak laki-laki pertamanya sudah menikah, bekerja di Universitas Janabadra dan bertempat tinggal di suatu perumahan di Kotagede. Anak ketiganya masih menempuh pendidikan tingkat dasar di sekolah yang sama dengan tempat ibunya, di SD Kyai Mojo Pingit. Suami Bu Ngatemi bekerja di sebuah Toko Besi di jalan Magelang sebagai kurir atau pengantar barang. Bu Ngatemi memiliki dua kakak dan satu orang adik, jadi ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kebanyakan saudaranya hanya bekerja di daerah Jogja saja, hanya satu orang dari keluarganya yang bekerja di luar kota, di Jepara. Di Jepara saudaranya bekerja sebagai montir di sebuah bengkel dan bertempat tinggal di sebuah rumah yang berjarak hanya 500 meter dari bibir pantai.
            Bu Ngatemi bekerja sebagai penjual di sebuah kantin di sekolah tempat dulu ia menempuh studi tingkat dasar, SD Kyai Mojo Pingit. Jadi di SD itu pula ia menimba ilmu sebagai siswi dan tempat ia bekerja sebagai penjual kantin. Sebagai penjual kantin pula Bu Ngatemi mendapatkan cita-cita masa kecilnya. Ada suka duka juga bekerja sebagai penjual kantin. Ada waktu ketika banyak anak SD itu tidak mau membeli jajanan di kantin, lalu ada juga anak SD itu yang berkelahi di kantin (terpaksa Bu Ngatemi yang harus melerai mereka). Yang paling seru adalah mendengar celotehan anak SD itu ketika membeli jajanan di kantin. Sebagai penjual kantin Bu Ngatemi memiliki penghasilan sekitar 150 ribu, tapi itu hanya hasil kotor saja, jika diambil keuntungan bersihnya maka ia hanya mendapat sekitar 100 ribu rupiah sehari. Dan ternyata penghasilan Bu Ngatemi di tambah penghasilan suaminya belum mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari Bu Ngatemi.
            Hobi Bu Ngatemi di kala waktu senggangnya adalah membaca dan senam. Ia suka sekali membaca novel, koran dan majalah. Ia senam dua kali seminggu, hari Jum’at dan hari Ahad, hari Jum’at ia senam di Malioboro lalu untuk hari Ahad ia senam di dekat rumahnya bersama para tetangganya.
            Bu Ngatemi memiliki motto hidup yang sederhana. Ia selalu mensyukuri apa yang telah ia dapat dan selalu mensyukuri telah diberi hidup dan sehat.

No comments:

Post a Comment